:: SELAMAT & SUKSES :: ATAS DILANTIKNYA IBU HJ. SRI HARTINI, S.E. DAN IBU SRI MULYANI, SEBAGAI BUPATI DAN WAKIL BUPATI KLATEN :: PERIODE TAHUN 2016-2021 :: PADA HARI KAMIS PAHING TGL. 17-02-2016 ::

PROFIL




Geografi :
Kecamatan Trucuk terletak di sebelah tenggara dari kota Klaten berjarak sekitar 12 km. Kecamatan ini berbatasan dengan 5 kecamatan di kabupaten Klaten, sebagai berikut :

Sebelah utara
:
Kecamatan Ceper & Pedan;

Sebelah timur
:
Kecamatan Cawas;

Sebelah selatan
:
Kecamatan Bayat;

Sebelah barat
:
Kecamatan Kalikotes.

Topografi tanah hampir100 persen daratan.
Berada pada 110°37'-110°42' BT dan 7°40'-7°45' LS
Luas
33,81 km²
Jumlah penduduk
67.310 jiwa
Kepadatan
1.991 per km²

Jumlah Desa = 18 Desa :













Budaya :
Sebagian besar masyarakat Trucuk beragama Islam dan hampir disetiap dukuh terdapat Masjid dan mushola

Pendidikan :
Di Trucuk terdapat berbagai strata sekolah dari Pos PAUD, TK sampai SLTA. Salah satu kebanggaan sekolah di Trucuk adalah SMK pertanian Trucuk (sekarang SMK Negeri 1 Trucuk) yang merupakan satu-satunya SMK Pertanian di Klaten.

Mata Pencaharian :
Sebagian besar masyarakatnya bertani, wiraswasta , dan PNS.

Industri :
Kecamatan Trucuk merupakan salah satu sentra industri kecil permebelan kayu terutama di desa Mireng, Sajen, Kradenan dan Bero, dan ada pula Perusahaan Readymix Beton Cor di desa Wonosari.

Pariwisata :
Di desa Palar kecamatan Trucuk terdapat makam Pujangga Besar budaya Jawa yang hidup di Kasunanan Surakarta, dan dianggap sebagai Pujangga Besar Terakhir tanah Jawa, beliau lahir di Surakarta, Jawa Tengah, hari Senin Legi tgl. 15 Maret 1802 - meninggal dunia di Surakarta, Jawa Tengah, hari Rabu Pon tgl. 24 Desember 1873 (pada usia 71 tahun) dan beliau adalah Ranggawarsita (sewaktu masih kecil namanya Bagus Burhan).

Keturunan siapakah  R.Ng.Ranggawarsita / Bagus Burhan itu ?
Ayah Bagus Burhan merupakan keturunan Kesultanan Pajang sedangkan ibu Bagus Burhan adalah keturunan dari Kesultanan Demak. Bagus Burhan diasuh oleh Ki Tanujaya, abdi dari ayahnya.
  _________________________________________________________________
Dalam buku "Raden Ngabehi RONGGO WARSITO apa yang terjadi?" tulisan Anjar Any, yang diterbitkan oleh CV Aneka Ilmu Semarang (Cetakan pertama tahun 1990) menyebutkan bahwa :
Garis Keturunann
2.     P.A. Aryo Prabuwijoyo (P. Benowo)
3.      Panembahan Radin (P.Emas)
4.      P. Haryo Wiromenggolo di Kajoran
5.      P.Adipati Wiromenggolo di Cengkalsewu
6.      P.H. Danu Upoyo
7.      K.R.T. Padmonegoro (Bupati Pekalongan)
8.      R.Ng.Yosodipuro Pujangga Surakarta
9.      R.Ng. Ronggo Warsito I / R.Ng. Yosodipuro II / R.T. Sastronegoro (Saudara Seperguruan Kyai Imam Besari)
10. M.Ng. Ronggo Warsito II (Ayah Bagus Burhan)
1.      Sultan Trenggana
2.      R.T. Mangkurat
3.      R.T. Sujonopuro / P.Karanggayam (adbi dalem pujangga di Pajang)
4.      R.T. Wongsoboyo (Bupati Kartosuro)
5.      K.A. Wongsotruno
6.      K.A. Noyomenggolo di Palar (berpangkat Demang)
7.      Ng. Surodirjo I
8.      R.Ng. Surodirjo II / Sudirodirjo Gantang (Pencipta cengkok tembang “Palaran”
9.      R.Ng. Ronggo Warsito II (Ibu Bagus Burhan)
Selain garis ketutunan tersebut diatas, buku "Raden Ngabehi RONGGO WARSITO apa yang terjadi?" juga menceritakan banyak kisah R.Ng.Ranggawarsita, dan tentang Karya-sastra R.Ng.Ranggawarsita, disebutkan bahwa yang penulis ketahui ada 56 macam dan 3 macam hasil gubahan R.Ng.Ranggawarsita (dan mungkin masih banyak lagi yang lainnya). 
______________________________________________________________

Sewaktu muda Bagus Burhan dikirim kakeknya untuk berguru agama Islam pada Kyai Imam Besari pemimpin Pesantren Gebang Tinatar di desa Tegalsari (Ponorogo).
Pada mulanya ia tetap saja bandel, bahkan sampai kabur ke Madiun. Setelah kembali ke Ponorogo, konon, ia mendapat "pencerahan" di Sungai Kedungwatu, sehingga berubah menjadi pemuda alim yang pandai mengaji.

Ketika pulang ke Surakarta, Burhan diambil sebagai cucu angkat Panembahan Buminoto (adik Pakubuwana IV). Ia kemudian diangkat sebagai Carik Kadipaten Anom bergelar Mas Pajanganom tanggal 28 Oktober 1819.

Pada masa pemerintahan Pakubuwana V (18201823), karier Burhan tersendat-sendat karena raja baru ini kurang suka dengan Panembahan Buminoto yang selalu mendesaknya agar pangkat Burham dinaikkan.

Pada tanggal 9 November 1821 Burhan menikah dengan Raden Ayu Gombak dan ikut mertuanya, yaitu Adipati Cakradiningrat di Kediri. Di sana ia merasa jenuh dan memutuskan berkelana ditemani Ki Tanujoyo. Konon, Burhan berkelana sampai ke Pulau Bali untuk mempelajari naskah-naskah sastra Hindu koleksi Ki Ajar Sidalaku.

Puncak Kejayaan Karier  R.Ng.Ranggawarsita / Bagus Burhan :
Bagus Burhan diangkat sebagai Panewu Carik Kadipaten Anom bergelar Raden Ngabei Ronggowarsito, menggantikan ayahnya yang meninggal di penjara Belanda tahun 1830. Lalu setelah kematian Yasadipura II, Ranggawarsita diangkat sebagai pujangga Kasunanan Surakarta oleh Pakubuwana VII pada tanggal 14 September 1845.

Pada masa inilah Ranggawarsita melahirkan banyak karya sastra. Hubungannya dengan Pakubuwana VII juga sangat harmonis. Ia juga dikenal sebagai peramal ulung dengan berbagai macam ilmu kesaktian.

Karya Sastra R.Ng.Ranggawarsita :
Karya sastra tulisan Ranggawarsita (versi WIKIPEDIA ensiklopedia bebas ) antara lain sbb :
1.Bambang Dwihastha : cariyos Ringgit Purwa 
2.Bausastra Kawi atau Kamus Kawi – Jawa, beserta C.F. Winter sr.
3.Sajarah Pandhawa lan Korawa : miturut Mahabharata, beserta C.F. Winter sr. 
4.Sapta dharma 5.Serat Aji Pamasa  
5.Serat Aji Pamasa
6.Serat Candrarini 
7.Serat Cemporet
8.Serat Jaka Lodang 
9.Serat Jayengbaya 
10.Serat Kalatidha
11.Serat Panitisastra 
12.Serat Pandji Jayeng Tilam 
13.Serat Paramasastra
14.Serat Paramayoga 
15.Serat Pawarsakan 
16.Serat Pustaka Raja
17.Suluk Saloka Jiwa 
18.Serat Wedaraga
19.Serat Witaradya 
20.Sri Kresna Barata 
21.Wirid Hidayat Jati 
22.Wirid Ma'lumat Jati 
23.Serat Sabda Jati

Ramalan tentang Kemerdekaan Indonesia :
Ranggawarsita hidup pada masa penjajahan Belanda. Ia menyaksikan sendiri bagaimana penderitaan rakyat Jawa, terutama ketika program Tanam Paksa dijalankan pasca Perang Diponegoro. Dalam suasana serba memprihatinkan itu, Ranggawarsita meramalkan datangnya kemerdekaan, yaitu kelak pada tahun Wiku Sapta Ngesthi Janma.

Kalimat yang terdiri atas empat kata tersebut terdapat dalam Serat Jaka Lodang, dan merupakan kalimat Suryasengkala yang jika ditafsirkan akan diperoleh angka 7-7-8-1. Pembacaan Suryasengkala adalah dibalik dari belakang ke depan, yaitu 1877 Saka, yang bertepatan dengan 1945 Masehi, yaitu tahun kemerdekan Republik Indonesia

Pengalaman pribadi Presiden Soekarno pada masa penjajahan adalah ketika berjumpa dengan para petani miskin yang tetap bersemangat di dalam penderitaan, karena mereka yakin pada kebenaran ramalan Ranggawarsita tentang datangnya kemerdekaan di kemudian hari. 


Tempat wisata spiritual
Cerita rakyat di Kec. Trucuk
1.    Makam R. Ng. Ronggo Warsito
Letaknya di Desa Palar Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten, Makam R. Ng. Ronggowarsito, seorang Pujangga Besar dari Karaton Surakarta Hadiningrat yang memiliki reputasi yang sangat baik. Merupakan tempat ziarah yang sudah sangat terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah.
Disamping itu didalam komplek makam R.Ng. Ronggowarsito (arah timur laut / sudut komplek makam) terdapat Sumur yang ada dengan sendirinya (masyarakat menyebut “Sumur Tiban”) Menurut cerita rakyat, sumur itu ditunggu oleh sejenis jin yang berwujud seorang puteri namanya Sekar Lara Gadung Melati.
Dan cikal-bakal di makam R.Ng.Ronggowarsito berada disebelah utaranya bernama Bagus Tlogo & Bagus Gumyur (Cikal bakal ini juga punya cerita sendiri)
Gambar Makam R. Ng. Ronggowarsito
 
2.    Makam Kyai Brojo Anilo
Desa Sajen Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten, Makam Brojo Anilo, seorang abdi Karaton Mataram pada jaman Amangkurat I yang berpangkat setingkat tumenggung yang dikenal sangat sakti serta memiliki kepandaian dalam ilmu filsafat. Pada suatu malam ketika semedi dia dan isterinya melihat benda yang jatuh dari langit (megantoro) yang berujud batu seperti kuda berpaling (Jaran Toleh).
Gambar Makam Kyai Brojo Anilo

3.    Batu Megantoro
Letaknya di Desa Sajen Kecamatan Trucuk, Megantoro berarti benda yang berasal dari langit. Batu tersebut merupakan batu yang bentuknya mirip kuda berpaling yang jatuh dari langit dan ditemukan oleh Kyai Brojoanilo dan istrinya ketika mereka sedang semedi. Batu tersebut pada saat ini terdapat di komplek makam Kyai Brojo Anilo.
Gambar Batu Megantoro

4.    Makam Ki Ageng Glego
Letaknya di Ds. Kalikebo Kec. Trucuk, Makam Ki Ageng Glego yang merupakan prajurit dari Ki Ageng Jayeng Resmi. Selama hidupnya Ki Ageng Glego atau Ki Surolawung (Senopati perang Majapahit) mempunyai peliharaan Kuda Kore, Kambing Gembel, Sapi Plongko (hitam), Ayam Walik (bulunya terbalik) dan Burung Gemak (Puyuh). Lima jenis hewan peliharaan ini sampai sekarang tidak diperbolehkan dipelihara oleh masyarakat Dukuh Brijolor, Desa Kalikebo.
Gambar Makam Ki Ageng Glego

5.    Makam Ki Ageng Jayeng Resmi
Letaknya di desa Gaden Kec. Trucuk Kabupaten Klaten, Makam Ki Ageng Jayeng Resmi yang merupakan pendatang dari Kerajaan Majapahit yang meninggal pada usia yang relatif muda waktu berumur 27tahun dan belum mempunyai seorang istri. Makam Ki Ageng Jayeng Resmi banyak dikunjungi peziarah pada tanggal 4 Bulan Sapar maupun malam Jum’at. Peziarah wanita tidak diperkenankan masuk ke wilayah makam, hanya diperbolehkan di luar.
Gambar Makam Ki Ageng Jayeng Resmi

6.    Makam Ki Nerangkusumo
Letaknya di Dk. Sumyang, Ds. Jatipuro Kec. Trucuk Makam Ki Nerangkusumo yang merupakan tokoh yang cukup dikenal namun latar belakang sejarahnya tidak diketahui dengan pasti. Makam tersebut banyak dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah khususnya pada malam Jumat Kliwon. Setiap malam 1 Suro selalu diadakan “Tirakatan” dan sebelumnya diadakan pentas Larasmadyo dengan menanggap waranggono.
Gambar Makam Ki Nerangkusumo

7.    Sendang Mandong

   WIKIPEDIA ensiklopedia-bebas menyebutkan bahwa : Di Desa Mandong terdapat sebuah sendang (telaga). Menurut Erham Budi Wiranto, peneliti dari pascasarjana UGM yang pernah meneliti Sendang tersebut, terdapat kepercayaan masyarakat lokal bahwa Sendang Mandong dihuni oleh supranatural being yang disebut Kyai Gringsing, Kyai Remeng dan Kyai Kapulogo. Ketiga makhluk supranatural tersebut sering menampakkan diri sebagai bulus (penyu). Penghormatan masyarakat setempat terhadap ketiganya diwujudkan dalam bentuk upacara bersih sendang yang dilaksanakan setiap tahun. Setelah diadakan bersih sendang, maka ritual dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Wayang yang digelar selalu mengambil lakon Bharatayuda Jayabinangun.